Senin, 22 Juni 2020

Baik karena Baik #BrainDump

Kita banyak berharap, kita juga banyak kecewa. 

                                        

Sulit untuk ikhlas, terkadang kita berbuat baik untuk mendapatkan balasan baik juga. Sayangnya ga semua individu  bisa berbuat baik ke kita setelaah mereka sudah kita perlakukan dengan baik... Saat balasan yang diterima ga sesuai dengan apa yang kita inginkan...yang muncul adalah kecewa dan sakit hati. kita merasa percuma untuk berbuat baik sementara kita ga dapet apa-apa dari perbuatan itu, kemudian harinya kita merasa kapok dan ga mau secara mudah menebar kebaikan. 

Ada anggapan yang masih berkembang di masyarakat tentang "Kalo lu baik, gua juga baik sama lu. Tapi kalo lu jahat, gua bisa lebih jahat ke lu" . Well, menurut gua anggapan ini ga bisa dijadiin pegangan....maksud gua tuh....kita tuh manusia, bukan cermin. Kita punya hati untuk kemudian berpikir dan bersikap sesuai apa yang kita inginkan, kita bukan cermin yang tugasnya hanya memantulkan. 

Kita harus selalu belajar, menjadi ikhlas....untuk berbuat baik bukan karena balasan. Kita baik ya karna kita mau baik, gak perduli apa balasan atau sikap yang orang lain  kasih ke kita....Sikap kita ga terikat sama sikap orang lain, kita punya tanggung jawab penuh tentang apa yang kita lakukan...kita tak menjaadikan sikap orang lain sebagai sebuah alasan.

Sikap ikhlas untuk berbuat baik nolong gua untuk mereda rasa insecure (  i am a cancer). Gua jadi lebih ga peduliin tentang pikiran yang berkembang di orang lain, gua jadi love myself more...dan ini menyenangkan.

Saat kita berbuat baik tanpa peduli balasan, kita jadi ga fokus ke orang lain, kita ga mau tau apa yang bakal orang lain kasih, kita ga peduli apa yang dia pikirin. Di saat itu lah kita jadi lebih fokus ke diri kita...akhirnya....jadi lebih take care yourself...

Sumber gambar : duapah.com



Rabu, 17 Juni 2020

Masker Sekali Pakai ternyata Berbahaya

Pandemi membuat pergerakan manusia menjadi terbatas, PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar yang telah berjalan selama ini membuat segala aktivitas seolah terkekang. Produktivitas masyarakat menurun, beberapa jenis kegiatan terpaksa harus dihentikan. Dari semua jenis bidang yeng terdampak, bidang ekonomi mengalami kelesuan yang paling terasa. Dilansir dari laman Kompas.com, International Monetary Fund (IMF) memperkirakan kerugian akibat pandemi virus corona (covid19) akan mencapai 9 triliun dollar Amerika Serikat pada tahun 2020-2021, atau setara dengan Rp 144.000 triliun (kurs Rp 16.000 per dollar Amerika Serikat).

 Bukan hanya berdampak bagi dunia, perekonomian Indonesia pun terjun dengan bebasnya. Pelarangan kegiatan yang mengumpulkan orang banyak berdampak dengan terputusnya roda perekonomian. Perusahaan banyak yang mengeluarkan kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang kemudian menjadi kabar buruk bagi jutaan pekerja diluar sana. Dari laman detik.com disebutkan jika berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia per tanggal 1 Mei 2020, sebanyak 1.032.960 pekerja dari sektor formal telah dirumahkan akibat pandemi covid-19. Sementara, jumlah pekerja sektor informal yang di-PHK sudah mencapai 689.998 orang. Sehingga, total pekerja sektor formal dan informal yang terdampak covid-19 sebanyak 1.722.958 orang. 

Kerugian-kerugian ini kemudian mendorong pemerintah untuk sesegera mungkin mengambil kebijakan, jika dibiarkan bisa saja krisis moneter kembali menimpa negara kita. Kelonggaran-kelonggaran mulai dilakukan, kebijakan PSBB dari yang semula dilakukan dengan pelarangan untuk berkumpul menjadi anjuran untuk selalu sedia melakukan pencegahan dengan mengikuti intruksi-intruksi yang disarankan saat beraktivitas di luar rumah, yang kemudian disebut dengan “New Normal”. Saat berada dalam ruang publik dan melakukan aktivitasnya masyarakat ditekankan untuk tetap menjaga jarak, sedia melakukan pemeriksaan suhu tubuh, rajin mencuci tangan dan wajib menggunakan masker wajah. 

Permasalahan baru kemudian muncul akibat keharusan penggunaan masker wajah, lantaran masih banyak masyarakat yang menggunakan masker wajah sekali pakai yang kemudian dapat berpotensi dalam meningkatkan jumlah limbah di lingkungan. Masker wajah sekali pakai ini dapat menimbulkan penumpukkan sampah dan menyebabkan permasalahan polusi baru yang dikhawatirkan dapat mengancam kondisi lingkungan di tengah kritisnya kondisi bumi saat ini. Gary Stokes dari kelompok konservasi OceansAsia dalam situs ecowatch.com mengatakan jika Ia telah menemukan sebanyak 100 masker wajah yang terapung di daerah Kepulauan Soko yang tak berpenduduk sekalipun. Hal ini menjadi semakin mengkhawatirkan mengingat kita tak pernah tau sampai kapan pandemi ini berakhir. Semakin lama covid-19 ada, maka akan semakin banyak sampah masker sekali pakai yang akan dihasilkan. 

Sebagian besar masker sekali pakai yang dijual dipasaran dibuat dengan menggunakan material spunbond atau polipropilen, dalam lingkungan menurut situs hgnonwovenmachine.com bahan ini memerlukan waktu setidaknya tiga bulan sampai kemudian bisa didegradasi oleh alam. Tiga bulan untuk sampai terdegradasi bukan merupakan waktu yang sebentar. Bayangkan jika milyaran penduduk bumi menggunakan masker sekali pakai untuk tiap harinya, maka dalam waktu seminggu saja gunungan sampah siap menghantam lautan. 

Dalam situs ecowatch.com, Stokes kembali menjelaskan jika sampah pada akhirnya akan menuju ke laut, dan sampah yang telah sampai kelaut akan ditumbuhi oleh ganggang dan bakteri diatasnya yang kemudian akan mempengaruhi aromanya, biota-biota laut kemudian akan mengira jika ini adalah makanan mereka. Kehidupan biota laut akan terancam jika produksi sampah masker sekali pakai melonjak tajam. Perlu dilakukan perubahan oleh masyarakat agar dampak covid-19 pun tak merugikan kondisi lingkungan.

 Masker kain adalah salah satu alternatif yang kemudian dapat digunakan masyarakat untuk dapat terhindar dari virus covid-19 sekaligus sebagai masker yang lebih ramah lingkungan karena penggunaannya yang dapat dipakai berulang-ulang. Saat ini banyak masyarakat yang enggan untuk menggunakan masker kain lantaran dikatakan tidak terlalu efektif untuk menyaring partikel virus dari udara bebas. Namun penelitian yang telah dilakukan oleh Smart Air yang dipublikasikan di web smartairfilters.com mengatakan jika berdasarkan kombinasi antara kemampuan bernapas dan filtrasinya, telah direkomendasikan untuk membuat marker dengan bahan dasar denim, seprai (jumlah benang 80-120), handuk kertas, dan kanvas. Namun perlu diingat, bagaimanapun handuk kertas tidak bisa dicuci atau digunakan kembali. Sehingga sebaiknya digunakan bahan dasar denim, seprai, dan kanvas. Bahan kanvas dengan ketebalan 1,0-1,2 mm menampilkan penyaringan terbaik dibandingkan bahan kain lainnya. Dalam percobaan dengan menggunakan virus ebola dengan ukuran partikel sebesar 0,3 mikron, bahan ini dapat menyaring sekitar 49% partikel dimana jumlah ini tak terlalu jauh berbeda dengan hasil yang didapat dengan penggunaan masker sekali pakai (surgical mask) yaitu 75%. 

Hal ini menunjukkan jika masker kain yang terbuat dari kain kanvas juga dapat secara efektif untuk digunakan sebagai penangkal virus covid19 sekaligus dapat lebih ramah terhadap lingkungan dikarenakan dapat digunakan berulang-ulang. Dalam pengaplikasiannya tentu saja harus dilakukan pencucian secara rutin agar masker tetap dalam kondisi yang bersih dan layak untuk dipakai. Penularan virus korona memang sangat penting untuk dihentikan, disamping itu alam juga menjadi kewajiban untuk dilestarikan. Tugas manusia adalah mencari jalan terbaik, yang kemudian dapat menjadi penengah diantara menyambung nyawa dan meneruskan bumi ini untuk terus berputar. 

Daftar Pustaka 
Apostulo, Nikolia. 2020. Coronavirus Plastic Waste Polluting the Environment, [online]. https://www.ecowatch.com/coronavirusplastic-waste-2645831072. 30 Mei 2020 (01.30).

Fauzia, Mutia. 2020. IMF: Kerugian Akibat Virus Corona Akan Capai 9 Triliun Dollar AS [online]. https://money.kompas.com/read/2020/04/15/130200026/imf-- kerugian-akibat-virus-corona-akan-capai-9-triliun-dollar-as- ?page=all. 30 Mei 2020 (02.27). 

Novika, Soraya. 2020. Kena PHK di Tengah Corona, Bisakah Tuntut Perusahaan?, [online]. https://finance.detik.com/berita-ekonomibisnis/d-5010998/kena-phk-di-tengah-corona-bisakah-tuntutperusahaan. 30 Mei 2020 (02.00). 

Robetson, Paddy. 2020. The Ultimate Guide to Homemade Face Masks for Coronavirus, [online]. https://smartairfilters.com/en/blog/best-diycoronavirus-homemade-mask-material-covid/ . 30 mei 2020 (02.40). 

Sumber gambar :
https://pingpoint.co.id/media/images/Sampah_COVID-19_Bisa_Saingi_Sampah_Plastik_di_.width-800.jpg

Baik karena Baik #BrainDump

Kita banyak berharap, kita juga banyak kecewa.                                           Sulit untuk ikhlas, terkadang kita berbuat baik unt...