Pandemi membuat pergerakan manusia menjadi terbatas, PSBB
atau Pembatasan Sosial Berskala Besar yang telah berjalan selama ini
membuat segala aktivitas seolah terkekang. Produktivitas masyarakat
menurun, beberapa jenis kegiatan terpaksa harus dihentikan. Dari semua
jenis bidang yeng terdampak, bidang ekonomi mengalami kelesuan yang
paling terasa. Dilansir dari laman Kompas.com, International Monetary
Fund (IMF) memperkirakan kerugian akibat pandemi virus corona (covid19) akan mencapai 9 triliun dollar Amerika Serikat pada tahun 2020-2021,
atau setara dengan Rp 144.000 triliun (kurs Rp 16.000 per dollar Amerika
Serikat).
Bukan hanya berdampak bagi dunia, perekonomian Indonesia pun
terjun dengan bebasnya. Pelarangan kegiatan yang mengumpulkan orang
banyak berdampak dengan terputusnya roda perekonomian. Perusahaan
banyak yang mengeluarkan kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
yang kemudian menjadi kabar buruk bagi jutaan pekerja diluar sana. Dari
laman detik.com disebutkan jika berdasarkan data Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia per tanggal 1 Mei 2020, sebanyak
1.032.960 pekerja dari sektor formal telah dirumahkan akibat pandemi
covid-19. Sementara, jumlah pekerja sektor informal yang di-PHK sudah
mencapai 689.998 orang. Sehingga, total pekerja sektor formal dan informal
yang terdampak covid-19 sebanyak 1.722.958 orang.
Kerugian-kerugian ini kemudian mendorong pemerintah untuk
sesegera mungkin mengambil kebijakan, jika dibiarkan bisa saja krisis
moneter kembali menimpa negara kita. Kelonggaran-kelonggaran mulai
dilakukan, kebijakan PSBB dari yang semula dilakukan dengan pelarangan
untuk berkumpul menjadi anjuran untuk selalu sedia melakukan
pencegahan dengan mengikuti intruksi-intruksi yang disarankan saat
beraktivitas di luar rumah, yang kemudian disebut dengan “New Normal”.
Saat berada dalam ruang publik dan melakukan aktivitasnya masyarakat
ditekankan untuk tetap menjaga jarak, sedia melakukan pemeriksaan suhu
tubuh, rajin mencuci tangan dan wajib menggunakan masker wajah.
Permasalahan baru kemudian muncul akibat keharusan
penggunaan masker wajah, lantaran masih banyak masyarakat yang
menggunakan masker wajah sekali pakai yang kemudian dapat berpotensi
dalam meningkatkan jumlah limbah di lingkungan. Masker wajah sekali
pakai ini dapat menimbulkan penumpukkan sampah dan menyebabkan
permasalahan polusi baru yang dikhawatirkan dapat mengancam kondisi
lingkungan di tengah kritisnya kondisi bumi saat ini.
Gary Stokes dari kelompok konservasi OceansAsia dalam situs
ecowatch.com mengatakan jika Ia telah menemukan sebanyak 100 masker
wajah yang terapung di daerah Kepulauan Soko yang tak berpenduduk
sekalipun. Hal ini menjadi semakin mengkhawatirkan mengingat kita tak
pernah tau sampai kapan pandemi ini berakhir. Semakin lama covid-19 ada,
maka akan semakin banyak sampah masker sekali pakai yang akan
dihasilkan.
Sebagian besar masker sekali pakai yang dijual dipasaran dibuat
dengan menggunakan material spunbond atau polipropilen, dalam
lingkungan menurut situs hgnonwovenmachine.com bahan ini memerlukan
waktu setidaknya tiga bulan sampai kemudian bisa didegradasi oleh alam.
Tiga bulan untuk sampai terdegradasi bukan merupakan waktu yang
sebentar. Bayangkan jika milyaran penduduk bumi menggunakan masker
sekali pakai untuk tiap harinya, maka dalam waktu seminggu saja gunungan
sampah siap menghantam lautan.
Dalam situs ecowatch.com, Stokes kembali menjelaskan jika
sampah pada akhirnya akan menuju ke laut, dan sampah yang telah sampai
kelaut akan ditumbuhi oleh ganggang dan bakteri diatasnya yang kemudian
akan mempengaruhi aromanya, biota-biota laut kemudian akan mengira
jika ini adalah makanan mereka. Kehidupan biota laut akan terancam jika
produksi sampah masker sekali pakai melonjak tajam. Perlu dilakukan
perubahan oleh masyarakat agar dampak covid-19 pun tak merugikan
kondisi lingkungan.
Masker kain adalah salah satu alternatif yang kemudian dapat
digunakan masyarakat untuk dapat terhindar dari virus covid-19 sekaligus
sebagai masker yang lebih ramah lingkungan karena penggunaannya yang
dapat dipakai berulang-ulang. Saat ini banyak masyarakat yang enggan
untuk menggunakan masker kain lantaran dikatakan tidak terlalu efektif
untuk menyaring partikel virus dari udara bebas.
Namun penelitian yang telah dilakukan oleh Smart Air yang
dipublikasikan di web smartairfilters.com mengatakan jika berdasarkan
kombinasi antara kemampuan bernapas dan filtrasinya, telah
direkomendasikan untuk membuat marker dengan bahan dasar denim,
seprai (jumlah benang 80-120), handuk kertas, dan kanvas. Namun perlu
diingat, bagaimanapun handuk kertas tidak bisa dicuci atau digunakan
kembali. Sehingga sebaiknya digunakan bahan dasar denim, seprai, dan
kanvas.
Bahan kanvas dengan ketebalan 1,0-1,2 mm menampilkan
penyaringan terbaik dibandingkan bahan kain lainnya. Dalam percobaan
dengan menggunakan virus ebola dengan ukuran partikel sebesar 0,3
mikron, bahan ini dapat menyaring sekitar 49% partikel dimana jumlah ini
tak terlalu jauh berbeda dengan hasil yang didapat dengan penggunaan
masker sekali pakai (surgical mask) yaitu 75%.
Hal ini menunjukkan jika masker kain yang terbuat dari kain kanvas
juga dapat secara efektif untuk digunakan sebagai penangkal virus covid19 sekaligus dapat lebih ramah terhadap lingkungan dikarenakan dapat
digunakan berulang-ulang. Dalam pengaplikasiannya tentu saja harus
dilakukan pencucian secara rutin agar masker tetap dalam kondisi yang
bersih dan layak untuk dipakai.
Penularan virus korona memang sangat penting untuk dihentikan,
disamping itu alam juga menjadi kewajiban untuk dilestarikan. Tugas
manusia adalah mencari jalan terbaik, yang kemudian dapat menjadi
penengah diantara menyambung nyawa dan meneruskan bumi ini untuk
terus berputar.
Daftar Pustaka
Apostulo, Nikolia. 2020. Coronavirus Plastic Waste Polluting the
Environment, [online]. https://www.ecowatch.com/coronavirusplastic-waste-2645831072. 30 Mei 2020 (01.30).
Fauzia, Mutia. 2020. IMF: Kerugian Akibat Virus Corona Akan Capai 9
Triliun Dollar AS [online].
https://money.kompas.com/read/2020/04/15/130200026/imf--
kerugian-akibat-virus-corona-akan-capai-9-triliun-dollar-as-
?page=all. 30 Mei 2020 (02.27).
Novika, Soraya. 2020. Kena PHK di Tengah Corona, Bisakah Tuntut
Perusahaan?, [online]. https://finance.detik.com/berita-ekonomibisnis/d-5010998/kena-phk-di-tengah-corona-bisakah-tuntutperusahaan. 30 Mei 2020 (02.00).
Robetson, Paddy. 2020. The Ultimate Guide to Homemade Face Masks for
Coronavirus, [online]. https://smartairfilters.com/en/blog/best-diycoronavirus-homemade-mask-material-covid/ . 30 mei 2020
(02.40).
Sumber gambar :
https://pingpoint.co.id/media/images/Sampah_COVID-19_Bisa_Saingi_Sampah_Plastik_di_.width-800.jpg